Selasa, 16 Juni 2015

Sahabat




Dia adalah orang yang selalu ku rindukan kehadirannya. Dia adalah sosok yang sangat aku sayangi melebihi aku menyanyangi seorang kekasih. Dia yang rela memberikan segalanya untukku bahkan merelakan waktu luangnya untukku. Dia yang selalu menyemangatiku ketika aku terjatuh. Dia yang selalu memberiku nasihat ketika aku melakukan sebuah kesalahan. Dia yang selalu sedia menghapus air mataku dan bahkan ikut menangis disaat aku menangis. Dia ada disaat aku merasa sedih dia selalu menghiburku di kala aku sedih. Dia adalah sahabatku.
Sahabat, engkau sangat berarti dan mungkin tak-akan tergantikan di hati ini. Sahabat, aku sangat membutuhkanmu dikala aku merasakan sakit. Sahabat aku membutuhkan sandaran bahumu untuk menumpahkan segala rasa sakit yang aku rasakan. Sahabat, aku membutuhkan uluran tanganmu disaat aku terpuruk. Sahabat, aku butuh ruang dihatimu untuk aku isi agar aku selalu terkenang dihatimu dan selalu ada di hatimu. Sahabat, aku membutuhkan canda dan tawamu karena itulah yang membuatku merasa lebih baik disaat aku merasakan kesedihan.
Sahabat, janganlah engkau merasa bersedih disini masih ada aku yang siap menghiburmu. Sahabat, janganlah kau merasa takut karena aku selalu berada disampingmu. Sahabat, jika ada yang menyakitimu bilang kepadaku karena aku tak mau ada orang yang menyakitimu dan akan aku angkat jari tengahku kepada mereka yang menyakitimu. Sahabat, jika kau suatu saat nanti sukses aku mengharapkan kesuksesanmu itu juga dibarengi oleh kebahagianmu dan akan ku angkat ibu jariku untuk kesuksesanmu.
Akan ada suatu saat nanti kita terpisah, perpisahan itu bukan berarti kamu dan aku bermusuhan melainkan perpisahan itu untuk kita masing-masing mencari jati diri kita, mengejar cita-cita kita, perpisahan itu akan menunjukkan siapa diri kita dan seberapa kuatnya kita. Perpisahan itu sangat tidak ku inginkan, akan tetapi kita suatu saat nanti masih bisa bertemu. Aku harap, jika kita berpisah nanti dan kita bertemu kembali kamu membawa kabar bahagia dan aku juga membawa kabar bahagia.
Akan aku tunggu dimana saat ada orang yang spesial di hidupmu yang memberikanmu cincin di jari manismu yang sangat indah itu dan aku berharap engkau bahagia bersamanya selamanya. Dan suatu saat nanti akan ada orang yang memberikan cincin itu di jari manisku dan kamu pun juga mempunyai harapan yang sama. Dan yang selalu aku inginkan itu satu. Dan gunakanlah jari kelingkingmu itu lalu tegakkanlah dan berjanjilah kepadaku bahwa kita kita bersahabat untuk selama-lamanya dan kamu mau menjadi sahabatku untuk selamanya.

Untukmu, yang aku rasakan




Kita saling menatap namun saling malu untuk bercakap. Kita saling memperhatikan namun kita pura-pura tidak melihat. Kita selalu ingin bercanda namun ada rasa gugup dan gemetar bercampur malu. Kita saling merindukan namun terkadang kita malu untuk mengakuinya. Kita saling bertukar pesan namun kita hanya diam saja disaat kita bertemu.
Apakah ini sebuah tanda kalau kita saling mencintai? Ataukah ini hanya khayalku saja yang ingin dicintai oleh mu?. Apakah kamu mempunyai perasaan yang sama seperti yang aku rasakan?. Ataukah ini hanya sebuah imajinasiku saja yang ingin selalu ada di hatimu?
Aku merindukan suaramu, aku merindukan canda dan tawamu, aku merindukan kejailanmu, aku sangat sangat merindukan disaat kita bersama. Namun apakah rasa rinduku itu terbalaskan? Atau hanya aku saja yang merasakannya?.
Rasa apakah ini? Disaat kamu bercanda dengan orang lain aku merasa cemburu, disaat kamu sakit aku merasa khawatir, bahkan semakin lama dan semakin lama aku mulai takut merasakan itu. Ya, itu dia aku mulai takut merasa kehilanganmu. Dan semakin hari rasa takut kehilanganmu semakin bertambah dan terus bertambah. Mungkin saja ketika aku kehilanganmu aku merasakan kehancuran yang sangat hebat.
Oh tuhan apakah ini yang dinamakan cinta? Aku terlalu takut untuk mengakuinya karena aku sadar mungkin saja ini hanya sebuah imajinasiku. Aku bertanya pada gelapnya malam dan terangnya rembulan di langit apakah ini sebuah cinta? Tetapi mereka tidak menjawabnya. Ku tanya pada sejuknya embun pagi dan hangatnya sinar mentari pagi apakah ini yang dinamakan cinta? Dan hasilnya mereka pun tidak menjawabnya. Ku tanya pada burung berterbangan dan rumput di safana apakah ini yang namanya cinta? Mereka pun tidak menjawabnya. Ku tanya pada ombak di pantai dan nyiur di pantai apakah ini rasanya cinta? Dan lagi lagi hasilnya mereka tidak menjawabnya. Lantas aku harus bertanya pada siapa? Lantas kepada siapakah aku harus menceritakan apa yang aku rasakan ini?
Akhirnya aku tanyakan ini semua pada hatiku sendiri. Ia pun menjawab bahwa aku benar benar jatuh cinta. Ya, jatuh cinta kepadamu. Sosok yang selalu aku nantikan dan sosok yang paling aku takuti ketika kamu pergi meninggalkanku sendiri. Hatiku berteriak bahwa aku mencintaimu akan tetapi pikirku berteriak kalau ini hanya sebuah khayalku saja.
Dapatkah aku memilikimu? Dapatkah aku bersamamu? Dapatkah aku menjadi orang yang sangat berharga dihidupmu hingga akhir hayat nanti? Dapatkah aku menjagamu layaknya ibumu menjagamu? Dapatkah aku menjadi orang yang melindungimu seperti ayahmu? Dapatkah aku menjadi penghiburmu dikala kamu merasakan sedih dan senang layaknya sahabat dan teman temanmu? Apakah aku pantas untuk mendapatkan itu semua? Atau orang selain diriku yang lebih pantas mendapatkan ini semua?
Tuhan, aku mencintainya dan aku sangat menyayanginya namun aku terlalu takut untuk mengungkapkan rasa yang ku miliki saat ini kepadanya. Lantas apa yang akan terjadi nanti jika aku mengungkapkan perasaan ini kepadanya? Apakah dia akan menjauhiku layaknya seperti orang yang bermusuhan ataukah setelah aku mengungkakpkan ini dia akan menjadi semakin dekat dan dekat dan selalu ingin bersamaku?.
Tuhan, aku hanya ingin dia baik-baik saja. Aku tak ingin ada orang yang melukainya. Aku tak ingin ada orang yang mengisi hatinya selain diriku. Aku mencintainya dalam diam, aku menyayanginya dalam diam, dan ini lah caraku. Tuhan, aku selalu ingin yang terbaik untuk dirinya, aku selalu ingin dia menjadi yang terhebat untuk dirinya maupun untuk orang lain di sekitarnya.